Langsung ke konten utama

Perang Salib


BAB I
A.       PENDAHULUAN

Bagian terakhir dari pembahasan bani Seljuk dan hasil proses Turkinisasi, adalah dimulainya babak baru dalam sejarah hubungan Islam-Kristen. Disaat itu timbul kekhawatiran dikalangan orang Bizantium akn serbuan orang turki pengembara atas para petani Kristen dikawasan Yunani, setelah menyaksikan kebangkitan bangsa Turki di abad sebelas. Kaisar Bizantium memohon perhatian kepada Sri Paus agar mau memberi perlindungan atas keselamatan orang Kristen .
Perang salib ini bertitik tolak pada pembangunan pesat di wilayah Eropa barat diabad petengahan. Ini sebenarnya berawal dari kedengkian orang-orang Kristen pada Islam. Karena dalam perjalanan dinasti Islam mengalami sebuah kecermelangan yang luar biasa. Ini dapat dilihat dari keberhasilan kaum muslimin merebut wilayah-wilayah strategis. Maka bara dendam tersulut dalam dada mereka dan menunggu waktu untuk merebut kembali daerah kekuasaan mereka.
Pertarungan yang sengit antara dua Agama ini merupakan awal dari permusuhan yang sangat berkepanjangan. Perang salib ialah perang perebutan kekuasaan antar agama selama hampir dua abad. Perang ini terjadi karena sejak tahun 632 M sampai meletusnya perang salib sejumlah kota-kota penting dan tanah suci umat Kristen telah diduduki oleh umat islam. Seperti; Suriah, Asia kecil, Spanyol dan Sisilia.
B.        RUMUSAN MASALAH
 ini membahas dan mengupas tentang sejarah peradaban Islam yakni “ Perang Salib” yang terjadi pada zaman islam belum berkembang seperti saat sekarang ini. Adapun rumusan masalah pada makalah ini ialah :
§  Apa itu perang salib?
§  Apa penyebab perang salib?
§  Berapa periode perang salib serta penjelasannya?


BAB II
PEMBAHASAN

PERANG SALIB
A.    Latar belakang
Yang menjadi faktor/ latar belakang utama terjadinya perang salib adalah faktor Agama, politik dan sosial ekonomi.
v  Faktor Agama
Dalam pandangan orang kristen mereka sangat mengagungkan kekuatan suci gereja dan kemampuannya untuk menghapus dosa. Maka banyak diantara mereka yang telah berputus asa, berbondong-bondong terpanggil dengan seruan ini. Kebencian itu bertambah setelah dinasti Seljuk dapat merebut Bait Al Maqdis pada tahun 471H dari kekuasaan dinasti fatimiah yang berkedudukan di Mesir. Penguasa Seljuk menetapkan peraturan, peraturan itu diraskan sangat menyulitkan mereka. Bahkan mereka yang pulang berziarah sering mengeluh karena mendapat perlakuan jelek dari orang-orang Seljuk yang fanatic.[1] Umat Kristen merasa perlakuan perlakuan para penguasa bani Seljuk sangat bebeda dengan penguasa Islam lainnya yang pernah berkuasa sebelumnya.
Dilihat dari sudut lain maka faktor yang menyebabkan timbulnya perang salib adalah penghancuran gereja suci yang dilakukan seorang Khalifah  Fatimiah dalam tahun 1009 M. Padahal gereja itu merupakan tujuan beribu-ribu umat Kristen di Eropa untuk melakukan ziarah.[2] Untuk memperoleh kembali keleluasaan berziarah ketanah suci Kristen, pada tahun 1095 M, paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen di Eropa supaya melakukan perang suci. Perang ini kemudian dikenal dengan nama perang salib.[3]

v  Faktor Politik
Faktor yang menyebabkan terjadinya perang salib adalah kekalahan bangsa romawi yang berjumlah 200.00 orang terdiri dari bangsa romawi, ghuz, al-akraj, al-hajr, francis dan Armenia. Peristiwa besar ini menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam.
 Peristiwa ini mendorong Kaisar Alexsius I Comnesus (kaisar konstantinopel) meminta bantuan kepada Paus Urbanus II (1035-1099 M). Paus urbanus II bersedia membantu karena ada janji kaisar Alexius untuk dapat mempersatukan gereja Yunani dan Roma.[4]
Dilain pihak, kondisi kekuatan Islam pada waktu itu sangat lemah, sehingga orang-orang Kristen di Eropa berani mengambil bagian dalam perang salib. Ketika itu bani Seljuk Asia kecil sedang mengalami perpecahan, dynasty fatimiyah di Mesir sedang dalam keadaan lumpuh. Sementara kekuatan Islam di Spanyol semakin goyah. Situasi semakin bertambah parah karena adanya pertentanga segitiga antara khalifah fatimiyah di Mesir, Abasiyah di Baghdad dan Amir Umayyah di Cordova, yang memproklamasikan dirinya sebagai khalifah.
Hal ini tampak dalam kondisi umat Islam sebagai berikut :
Ø  Kelemahan bani Seljuk pasca wafatnya Malik Syah, yang menyebabkan Seljuk berpecah-belah.
Ø  Tidak adanya pemimpin kuat yang menyatukan perpecahan umat islam dan membentuk pasukan yang tangguh guna mengusir setiap lawan yang bermaksud jahat kepada Islam.
Ø  Beberapa kabilah telah masuk agama Kristen hal ini menjadikan mereka jaringan kuat di Negara-Negara timur.
Situasi yang demikian sangat menguntungkan bangsa Eropa untuk merebut satu per satu daerah kekuasaan islam yang begitu luas.
Perang salib adalah perang pertama dari rangkaian peperangan antara Kristen melawan islam. Keinginan menguji kekuatan, paus dalam bidang duniawi dikalangan umat kristiani. Sri paus memanggil seluruh umat Kristen lewat pidatonya pada tahun 1095 M, untuk memanggul senjata melawan kekuatan Islam demi menyelamatkan tanah suci mereka di Jerusalem.[5]
v  Faktor Ekonomi Sosial
Ada berbagai alasan mengapa orang-orang barat mengangkat salib dan berperang ke Jerusalem. Beberapa pemimpin jemaat salib itu diantaranya Bohemund turut berperang yang terorong nafsu untuk memperkaya diri sendiri.
Keadaan ekonomi Eropalah yang menjadi pendorong kuat bagi masyarakat untuk mengambil bagian dalam peperangan ini. Mereka yang selama ini terkukung oleh kemiskinan atas seruan kebebasan dan materi menjadikan mereka berduyun-duyun menyambut harapan itu.[6]
Terjadinya peperangan ini pula adalah karena ambisi para pedagang-pedagang besar yang berada di pantai timur laut tengah terutama yang berada di kota Venezia, Genoa, dan Pisa, untuk menguasai sejumlah kota-kota dagang di sepanjang pantai timur dan selatan laut tengah untuk memperluas jaringan dagang dan mempermudah jalur perdagangan itu sendiri karena mereka selama ini harus berhadapan dengan para penguasa Islam dalam melakukan perdagangannya. Untuk itu mereka rela menanggung sebagian dana perang salib dengan maksud menjadikan kawasan itu sebagai pusat perdagangan mereka apabila pihak Kristen Eropa memperoleh kemenangan.
Selain itu bangsa Eropa telah terbagi atas kelas-kelas sosial masyarakat yang pada waktu itu terbagi atas tiga kelompok, yaitu kaum gereja, bangsawan serta ksatria dan rakyat jelata. Kehidupan rakyat jelata sangat tertindas dan diperlakukan semena-mena. Oleh karena itu, ketika mereka dimobilisasi oleh pihak gereja untuk ambil bagian dalam perang salib, mereka menyambutnya secara spontan. Karena mereka dijanjikan kebebasan dan kesejahteraan apabila dapat memenangkan perang salib itu.
B.         Peristiwa Perang Salib
Ribuan suka relawan, baik kaya maupun miskin dari lapisan masyarakat mana pun, berasal dari daerah mana pun, utara maupun selatan eropa, bergegas meninggalkan kampong halaman serta lading dan pekerjaan mereka untuk memenuhi panggilan Sri Paus. Atas petunjuk para jendral mereka , pasukan salib dari daratan eropa segera bergabung dengan pasukan Bizantium.[7]
Peristiwa perang salib terdiri dari beberapa periode :
§         Periode Pertama
Pada musim semi tahun 1095 M, 150.000 orang eropa, sebagian besar bangsa francis dan norman berangkat menuju Konstantinovel kemudian ke Palestina. Tentara salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemon dan Raymond ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 juni 1097 M mereka berhasil menaklukan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Disini mereka mendirikan kerajaan Latin I dengan Baldawin sebagai raja.
 Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiochea dan mendirikan kerajaan latin II di Timur. Bohemon dilantik menjadi rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Baiy Al-Maqdis (15 juli 1099 M). dan mendirikan kerajaan latin III dengan rajanya Godfrey. Setelah penaklukan bait Al-Maqdis itu, tentara salib melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104 M), Tripoli (1109 M), dan kota Tyre (1124 M). di Tripoli mereka mendirikan kerajaan Latin IV, rajanya adalah Raymond.

§         Periode Kedua
Imaduddin Zanki, penguasa Moshul dan Irak, berhasil menaklukan kembali Aleppo, Hamimah dan Edessa pada tahun 1144 M, namun ia wafat tahun 1146 M. Tugasnya dilanjutkan oleh putranya, Naruddin Zanki. Naruddin berhasil merebut kembali Antiochea pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151 M seluruh Edessa dapat direbut kembali.
Jatuhnya Edessa menyebabkan orang-orang Kristen mengobarkan perang salib kedua. Paus Eugenius III menyerukan perang suci yang disambut positif oleh raja Prancis Lois VII dan raja jerman Condrad II. Keduanya memimpin pasukan salib untuk merebut wilayah Kristen di Syria. Akan tetapi gerak maju mereka dihalangi oleh Naruddin Zanki. Mereka tidak berhasil memasuki Damaskus . Louis VII dan Condrad II sendiri melarikan diri pulang ke negerinya.[8] Naruddin wafat  tahun 1174 M.
 Pemimpin perang kemudian dipegang oleh Salahuddin Al-Ayubi yang berhasil mendirikan dynasty Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M. Saladuddin Al-Ayubi yang dilenal oleh orang-orang barat sebagai Saladin, adalah seorang kemenakan dari Jendral yang bernama Sirkuh.[9] Sebagai para punggawa yang baik Sirkuh dan Salahuddin berhasil menghalau pasukan salib.
Hasil peperangan Salahuddin yang terbesar adalah merebut kembali Yerusalem pada tahun 1187 M. Dengan kata lain kerajaan Latin di Yerusalem yang berlangsung selama 88 tahun berakhir.[10]
Jatuhnya Yerusalem ketangan kaum Muslimin sangat memukul perasaan tentara salib. Mereka pun menyusun rencana balasan. Kali ini dipimpin oleh Frederick Barbarossa,ialah seorang raja Jerman, Richart The Lion Hart raja Inggris, dan Philip Augustus raja Prancis. Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M. meskipun mendapat tantangan yang berat dari Salahuddin, namun mereka berhasil merebuk Akka yang kemudian dijadikan sebagai ibu kota kerajaan Latin. Akan tetapi mereka tidak berhasil memasuki Palestina.
        Pada tanggal 2 November 1192 M, dibuat perjanjian antara tentara salib dan Salahuddin yang disebut dengan Shulh al-Ramlah.[11] Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa orang kristen yang pergi berziarah ke Bait al-Maqdis tidak akan diganggu.
§         Periode Ketiga
Tentara salib pada periode ini dipimpin oleh raja Jerman, Frederick II. Kali ini mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum ke Palestina, dengan bantuan dapat bantuan dari orang-orang Kristen Qibthi.
Pada tahun 1219 M, mereka berhasil menduduki Dimyat. Raja Mesir dynasty Ayyubiyah waktu itu Al-Malik Al-Kamil, membuat perjanjian dengan Frederick bersedia melepas Dimyat, sementara Al-Malik Al-Kamil melepas Palestina. Frederick menjamin keamanan kaum Muslimin di sana dan Frederick tidak mengirim bantuan kepada Kristen di Syria.
Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum Muslimin tahun 1247 M, dimasa pemerintahan Al-Malik Al-Shaleh, penguasa Mesir selanjutnya. Ketika Mesir dikuasai oleh dinasti Mamalik yang menggantikan posisi dinasti Ayyubiyah, pemimpin perang dipegang oleh Baybars dan Qalawun. Pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum Muslimin, tahun 1291 M.[12]
§      Periode keempat dan seterusnya
 Sutan Salahuddin wafat pada usia 75 tahun pada 589 H/1193 M. berita meniggalnya pahlawan besar ini di pergunakan dipergunakan oleh paus Silensius III untuk menggerakkan tentara salib keempat. Namun tentara Salib keempat dan seterusnya tidak sedahsyat tentara salib sebelumnya sehingga nanti pada tahun 1292 M tentara salib sampai terusir dari timur.[13]
C.     Akhir Perang Salib
            Secara umum era itu dapat disebut sebagai salah satu masa paling militant dan paling tidak mengenal toleransi yang dimiliki umat Islam dalam melawan serbuan pasukan salib. Bahkan pendiri dinasti Ayubiyah, yakni Salahuddin, dikenal dan dipuja sebagai lambang perlawan Islam terhadap Kristen barat.[14]
D.       Akibat perang Salib
®    Bagi pihak Islam
Demikianlah perang salib berkobar di Timur. Walaupun umat Islam mampu mempertahankan daerah-daerahnya dari tentara salib, namun kerugian yang mereka alami sangat banyak sekali,karena peperangan itu terjadi di wilayahnya. Kerugian-kerugian mengakibatkan kekuatan politik umat Islam menjadi lemah. Dalam kondisi demikian, mereka bukan menjadi bersatu, tetapi malah terpecah belah. Banyak dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad.
®    Bagi pihak Kristen
Dari segi politis pihak Kristen memang mengalami kekalahan, namun menurut Mc.Ncil : persentuhan Islam dengan Kristen membawa perubahan yang baru bagi pihak Kristen. Terjadinya perang salib telah membuka mata Kristen bahwa peradaban Islam itu sudah maju. Dapat dilihat dari segi:
a.       Peradaban :
-          Budaya
-          Militer
-          Ilmu pengetahuan
b.      Pertanian yang maju
c.       Dan perdagangan
Hal ini bagi pihak Kristen menjadi pelajaran berharga. Persentuhan itu yang membawa kemajuan kepada pihak barat. Dalam perang salib ini terjadi transmisi peradaban dari dunia Islam ke dunia Kristen.

















BAB III
PENUTUP

Ø  Kesimpulan
        Dari peristiwa perang Salib tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa perang salib adalah perang perebutan kekuasaan daerah. Dinamakan perang salib karena para pejuang nasrani mengenakan lambang salib dan mendapatkan restu dari Paulus dari Roma.
        Faktor terjadinya perang salib :
ü  Faktor Agama
ü  Faktor Politik
ü  Faktor Ekonomi Sosial
        Perang salib memakan waktu yang sangat lama. Membawa pengaruh besar pada semaraknya lalu linta perdagangan Asia-Eropa. Mereka mengetahui hal-hal baru seperti adanya tanaman rempah-rempah.

Ø  Kritik dan Saran
        Penulis telah menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Demi kesempurnaan makalah ini.
       
           





DAFTAR PUSTAKA

Yatim.Badri, Dr.MA, Sejarah Peradaban Islam, Raja Wali Pers, Jakarta 2011

Su’ud.Abu. Prof. Dr, Islamologi, Rineka Cipta Jakarta 2003

Sunanto . Musyrifah Prof. Dr. Hj, Sejarah Islam Klasik, Prenada Media, 2003


http://sejarah.kompasiana.com/2012/04/17/sejarah-perang-salib-muslim-vs-nasrani/

  



[2] http://sejarah.kompasiana.com/2012/04/17/sejarah-perang-salib-muslim-vs-nasrani/
[3] Dr.Badri Yatim,MA, Raja wali Pers, Jakarta 2011, h. 76-79
[5] Prof.Dr.Abu Su’ud, Islamologi, Rineka Cipta Jakarta 2003, h. 99
[7] Prof.Dr.Abu Su’ud, Islamologi, Rineka Cipta Jakarta 2003, h.100
[8] Dr.Badri Yatim,MA, Raja wali Pers, Jakarta 2011, h.78
[9] Prof.Dr.Abu Su’ud, Islamologi, Rineka Cipta Jakarta 2003, h.102
[10] Dr.Badri Yatim,MA, Raja wali Pers, Jakarta 2011, h.78
[11] Dr.Badri Yatim,MA, Raja wali Pers, Jakarta 2011, h.78
[12] Dr.Badri Yatim,MA, Raja wali Pers, Jakarta 2011, h.79
[13] Prof. Dr. Hj. Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, Prenada Media, 2003, h.185
[14] Prof.Dr.Abu Su’ud, Islamologi, Rineka Cipta Jakarta 2003, h.104

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tasawuf Amali

BAB I PENDAHULUAN Hasrat untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah tujuan utama dari sufi dan merupakan keinginan yang manusiawi. Sejalan dengan semakin berkembangnya tasawuf, maka orang yang ingin mendekatkan diri kepada Tuhan smakin banyak pula. Tinjauan analitis terhadap tasawuf menunjukkan bahwa para sufi dengan berbagai aliran yang dianutnya memiliki konsepsi tentang jalan ( thariqat ) menuju Allah. Jalan ini dimulai dengan latihan-latihan rohaniyah ( riyadhah ), lalu secara bertahap menempuh fase yang dikenal dengan maqam (tingkatan) dan hal (keadaan). Tingkat pengenalan ma’rifat adalah jargon yang pada umumnya dikejar oleh para sufi. Lingkup perjalanan para sufi untuk memperoleh ma’rifat ini sering juga disebut kerangka ‘Irfani. Rumusan masalah. a.        Apa itu Tasawuf Amali? b.       Apa saja istilah-istilah yang terdapat dalam tasawus amali? c.        Bagaimana tingkatan dan keadaan para sufi? d.       Siapa saja tokoh tasawuf amali ?

KONSTITUSI DAN TATA PERUNDANG UNDANGAN INDONESIA

KONSTITUSI DAN TATA PERUNDANG UNDANGAN INDONESIA     A.    Pengetian Konstitusi Konstitusi berasal dari bahasa Perancis “ constituer” yang akan berarti membentuk. Maksud dari istilah tersebut ialah pembentukan, penyusunan, atau pernyataan akan suatu Negara. Dalam bahasa latin, ”konstitusi” merupakan gabungan dua kata, yakni cume berarti ”bersama dengan…” dan statuere berarti ”membuat sesuatu agar berdiri atau mendirikan, menetapkan sesuatu”. Istilah konstitusi ( constitution ) dalam bahasa Inggris, memiliki makna yang lebih luas dari pada Undang-Undang Dasar, yakni konstitusi adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang secara mengikat cara-cara bagaimana suatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat. Konstitusi menurut Miriam Budiardjo adalah suatu piagam yang menyatakan cita-cita bangsa dan merupakan dasar organisasi kenegaraan suatu bangsa. Sedangkan Undang- Undang dasar merupakan bagian tertulis dalam konstit

Tafsir Israiliyyat

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah Teks al-Qur'an adalah wahyu Allah yang tidak akan berubah oleh campur tangan manusia, tapi pemahaman terhadap al-Qur'an tidak tetap, selalu berubah sesuai dengan kemampuan orang yang memahami isi kandungan al-Qur'an itu dalam rangka mengaktualkannya dalam bentuk konsep yang bisa dilaksanakan. Sepeninggal Rasulullah saw, umat Islam banyak menemukan kesulitan karena meskipun mereka mengerti bahasa Arab, al-Qur'an terkadang mengandun isyarat-isyarat yang belum bisa dijangkau oleh pikiran orang-orang Arab. Oleh karena itu mereka membutuhkan tafsir yang bisa membimbing dan menghantarkan mereka untuk memahami isyarat-isyarat seperti itu.   Salah satu cara yang mereka ambil dalam menafsirkan Al Quran yaitu bertanya   kepada ahli kitab, yaitu kaum Yahudi dan Nashrani. Hal itu mereka lakukan lantaran sebagian masalah dalam Al-Qur'an memiliki persamaan dengan yang ada dalam kitab suci mereka, terutama berbagai